Rabu, 02 November 2016

11-24 Juli 2016 (Part 4 Final)

Tuhan sudah merencanakan semuanya…

Kami bertiga melanjutkan lagi sekitar dua kilometer dan ketemu Mie ayam, tanpa pikir panjang makan sudah meski di sebrang jalan! Ketika mau nyebrang, pesepeda touring lewat dan kami sapa, ternyata beliau berhenti. Acara berlanjut berkenalan, selfie dan berkenalan di media sosial. Namanya Wing Sentot Irawan. Dengan sepeda federal cat gelap, sadel yang punya suspensi klasik. Panier belakang full loaded ditambah pompa ban yang khas di ikat di belakang sepeda. Beliau memilih lanjut ketika kami tawari untuk makan bersama.

Swafoto bersama Wing Sentot Irawan
Memang harga sesuai bannernya, murah. Enam ribu rupiah tapi porsi dipersedikit.

Perjalanan lanjut ke arah Sarangan, kami melewati daerah Plaosan terlebih dahulu. Merasa begitu lelah, ternyata madu harganya mahal. Urung niat beli madu untuk energi ekstra. Memasuki tanjakan utama, kecepatan nggremet tak bisa dihindarkan.

Empat sore, lima sore setengah enam sore baru kami sampai Sarangan. Perlahan tapi yang pasti tiap tanjakan kami istirahat. terimakasih sekali pada Bung Tito yang ngemong dua keong ini ^_^  Tidak mengambil ke arah telaga, kami lanjut dan istirahat magrib di warung. Cek rem dan kesiapan sepedaku, tak lupa tehh panas menemani. Hari mulai gelap dan kami lanjut. Tak sampai tanjakan berikutnya usai. Hujan datang. Segera mencari warung yang tutup, dan kami okupasi. Sepeda tak bisa terlindung dengan baik dari hujan, begitu juga kami. Derasnya hujan melembabkan kami dengan tampiasnya. Elisa tidur dan minta dibangunkan kalau ujan reda. Dingin tak tertahanakn terimakasih lagi pada Bung Tito untuk perapian spiritusnya.. kopi dan biskuit hangatnya.. sleeping bag seharga Rp 82 ribu gagal menjamin kehangatan semalaman..

Menggigil ketika tidur, ialah musik malam itu. Dingin ialah selimut, hujan sapaannya. Warung milik siapa, kami berterimakasih…
Malam yang dingin, kabut, gelap, kayu dan tikar…

hujan usai dan kami batal melanjutkan perjalanan karena dinginnya begitu uhuy. Bung Tito membuat api-api untuk menghangatkan diri. Sedikit menghangatkan lanjut tidur. Elisa bangun dan api-api. Sempat terbangun sebentar untuk memakan beberapa biskuit dan lanjut tidur.

...............................................................................................

24 Juli,

setelah subuh terbangun, dan menemui Bung Tito brukut di balik tembok kios, mengokupasi wc di dekat situ untuk mencicipi air es ala Sarangan dilanjut persiapan perjalanan hari terakhir.
tidak berani langsung digenjot

tak berani langsung pancal karena otot begitu kaku kedinginan, bersama kami tuntun hingga dua tanjakan. Jalan agak datar lanjut kami kencangkan otot memancal pedal. Berat rasanya otot dingin disuruh mengeluarkan energi untuk nanjak. Hangatnya sinar mentari tak dapat dipungkiri memberi kekuatan bagi otot juga.


tiba di simpang jalur lawu lama dan baru, setelah berfoto maka dipilihlah jalur lama karena lebih dekat meski tanjakannya syahdu. Jalur ini sepi, dan semaknya gondrong.
persimpangan jalur lama (kiri) dan baru (kanan)

Ketika kendaraan besar lewat kami harus mengalah karena jalannya yang sempit. pantas dibuat jalur lawu baru yang lebih landai dan luas. Banyak waktu digunakan untuk mendorong sepeda, dan baru satu tanjakan butuh asupan gizi. Dibukalah mi instan dan dimakan untuk energi, tak lupa di tikungan terakhir kami masak air untuk hangat-hangat.
gegenen

Ilusi optik ketika ketemu jalur utama lagi. Jalur serasa datar tapi tetap berat dikayuh. dan setelah  jam berjuang, kami sampai Cemoro Sewu. Jelas kami foto-foto di situ. istirahat dan cari kamar mandi, baru lanjut perjalanan turun.
foto di cemoro sewu


Lupa belum sarapan, sewaktu turun ada pencucian wortel gesit aku langsung minggir dan nempil wortel untuk sarapan.

"misi Bu, boleh nempil wortelnya satu?"
"boleh mas, satu apa? kilo napa karung?"
"mboten bu, satu biji aja"
"woalah, monggo ambil aja, itu mbaknya juga ambilkan sekalian"

dan akhirnya sarapan wortel.

turunan di jalur baru arah Cemoro Sewu dari Tawangmangu begitu indah. sejuk, dingin, dan turunan yang tak habis-habisnya. berhenti untuk berfoto di beberapa titik. dan makan siang di dekat Terminal Tawangmangu. Makan soto nyam-nyam.
perjalanan turun itu berasa begitu lambat, padahal tercatat kecepatan bisa sampai 40km/jam. Sore kami sampai di Karanganyar dan makan sore di Solo. di Kartasura juga berhenti untuk sholat Magrib dan cuci-cuci sebelum melanjutkan 60km terkahir perjalanan kami.

perjalanan pulan melewati jalan Solo ini penuh keharuan dan ke-embuhan. 60km terberat, terutama secara mental pribadi. perjalanan paling menguras emosi, sehingga ada yang aneh sedikit gimana gitu.. sempat bertemu dengan rombongan PITNIk yang pulang dari Down Mall di Solo dan berfoto.

konflik batin muncul ketika, salah komunikasi dengan Elisa dan Bung Tito melaju begitu cepat, dan saya tertinggal di belakang. ketika mencoba ngebut mengejar, dan akhirnya tak ketemu 2 orang itu di depan. ahirnya pecah ra karuan rasa ini. Sepeda saya ambrukkan di pinggir jalan gapura masuk klaten, dan mengistirahatkan sambil minum air sebanyak-banyaknya.

ternyata... Bung Tito berhenti untuk sholat dan aku sudah di depan sendiri, pantes ngebut sak kemeng-e gak nemu siapa-siapa.. akhirnya bersama, lanjut perjalanan.
ngangkring di klaten
..
menjelang keluar klaten, ditraktir ngopi oleh bung Tito, meleremkan ati dan badan, juga biar kompak lagi dan lanjut. perjalnaan ke Jogja berhenti sekali lagi di pom dan perlahan kami menuju Tugu Jogja...

Tugu itu tetap disana. kami berfoto disana,
tak ada yang istimewa dari berfoto bersama di Tugu Jogja sebelum berpamitan,
namun yang istimewa itu selalu ada di ingatan kami.
..
Terimakasih atas pengalman indah ini !
tugu jogja 24 Juli


Pengeluaran: 23 Juli
Makan                  : pecel + minum 8rb
                                Kratindaeng 2 x 5rb = 10rb
                                Mie ayam + minum 2x 8rb =16rb

Lain2x                   : as roda 9rb
                                 Ban luar  40rb
                                 Ban dalam 16rb
                                
Pengeluaran 24 Juli:
Makan                     : kratindaeng = 7500, Wortel: gratis, Soto+minum 20.000, sop pak min: 18.000. burjo 10.000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar