Minggu, 09 April 2017

Bersepeda dalam bingkai Pitnik



Kumpul di pom bensin gambiran? Eh itu kan dekat dengan rumahku? Lantas aku penasaran dengan komunitas sepeda itu, selain karena dekat rumah, namanya pernah menjadi suatu usulan nama dalam suatu diskusi untuk kegiatan sepedaan yang aku ikuti. Namanya Pitnik, suatu komunitas sepeda yang selalu memberikan banyak kesan bagi yang pernah bersepeda bersamanya dalam acara rutin bersepeda tiap Minggu Wage ataupun Pit-Night.

Karena dilaksanakan tiap 35 hari sekali jadi ada beberapa bulan dalam satu tahun yang kososng tidak punya tanggal Minggu Wage. Pit-Night acara sepedaan yang biasanya diadakan ketika dalam suatu bulan tidak ada tanggal yang menunjukkan Minggu dengan weton Wage. Yang jelas, dalam acara Pit-Night yang pertamakali aku ikuti, membuatku sangat berkesan karena melewati jalan membelah kuburan Krapyak. Nggatheli, pikirku, malam-malam sepedaan, lewat tengah kuburan pula!

Berjalannya waktu, komunitas Pitnik, ini makin banyak diminati umat pesepeda Jogja. Dapat dilihat dari ulang tahunnya yang pertama yang akhirnya peserta membludak dari yang dibayangkan oleh panitia, juga dalam fund raising penjualan merchandise-nya.

Jogja sebagia kota dengan ribuan komunitas, komunitas Pitnik ini seru untuk diamati juga diikuti acarra sepedaanya. Dalam perkembangan komunitas sepeda di Jogja, banyak komunitas yang muncul, kadang berdasar trend, atau hal lain dan kemudian tenggelam seiring zaman. Memang ada pepatah tiap hari ada rezim yang mati dan rezim baru muncul, tapi pertumbuhan yang pesat dan memiliki daya tular positif ini membuat saya penasaran.

Tak menjadi penasaran ketika saya menemukan rahasianya yang menurut saya bumbu utama dalam komunitas ini;

Pertama komunitas ini Matang, matang secara konsep dan kontekstual njogjani banget; njogjani dalam arti komunitas ini (terlebih dalam tujuan sepedaannya) mengajak untuk tidak melupakan sejarah yang ada di Jogja, tercermin dari tema-tema yang disajikan tiap acara GBMW.

Kedua, komunitas ini mempunyai manajemen apik, dan kedewasaan dalam mengolah dan meramu racun cinta sepeda yang siap ditularkan pada masyarakat Jogja. Jadi ingat suatu kartun tentang monster yang ahirnya tobat menakut-nakuti anak-ana karena ternyata ditemukan bahwa membuat bahagia anak-anak akan menghasilkan energi lebih daripada energi ketakutan. Singkatnya, energi postif yang ditularkan akan menghasilkan energi postif lain yang lebih baik dan lebih banyak damapak baiknya.

Ketiga, komunitas ini selalu memberi apresiasi bagi pesepeda, terutama dalam dimensi media sosial. Dengan demikian selain mengajarkan untuk menularkan hal postif bagi sesama, komunitas ini juga mengajarkan kita untuk mengapresiasi usaha, dan karya orang lain. Karena dalam kegiatan bersepeda tiap kayuhan adalah suatu usaha menikmati perjalanan yang selayaknya kita bersama apresiasi. Juga dalam bersepeda kita takk hanya berkarya dalam mengayuh, tapi juga berkarya dalam bentuk fotografi, video, lebih jauh dari karya yang bisa dinikmati fisik, kita bersama bersepeda berkarya membentuk budaya.
Maka, belajar dari komunitas Pitnik untuk selalu mengapresiasi karya orang lain, izinkanlah saya dengan tulisan ini mengapresiasi komunitas yang Nikmat ini dalam menyongsong perjalanannya dalam hitungan hari menuju 2 Tahun.

Dan jangan lupa bagi yang membaca tulisan ini, bergabung bersama Pitnik dalam acara Bancakan ke-2 Komunitas Pitnik Jogja yang konon akan bertempat di Desa wisata Grogol, pada Minggu 30 April 2017.

Rahayu.. 

SELAMAT 2 TAHUN PITNIK!!