Kumpul di pom bensin gambiran? Eh itu kan dekat dengan rumahku? Lantas aku penasaran dengan komunitas sepeda itu, selain karena dekat rumah, namanya pernah menjadi suatu usulan nama dalam suatu diskusi untuk kegiatan sepedaan yang aku ikuti. Namanya Pitnik, suatu komunitas sepeda yang selalu memberikan banyak kesan bagi yang pernah bersepeda bersamanya dalam acara rutin bersepeda tiap Minggu Wage ataupun Pit-Night.
Karena dilaksanakan tiap 35 hari sekali jadi ada beberapa bulan dalam
satu tahun yang kososng tidak punya tanggal Minggu Wage. Pit-Night acara
sepedaan yang biasanya diadakan ketika dalam suatu bulan tidak ada tanggal yang
menunjukkan Minggu dengan weton Wage. Yang jelas, dalam acara Pit-Night yang
pertamakali aku ikuti, membuatku sangat berkesan karena melewati jalan membelah
kuburan Krapyak. Nggatheli, pikirku, malam-malam sepedaan, lewat tengah kuburan
pula!
Berjalannya waktu, komunitas Pitnik, ini makin banyak diminati umat
pesepeda Jogja. Dapat dilihat dari ulang tahunnya yang pertama yang akhirnya
peserta membludak dari yang dibayangkan oleh panitia, juga dalam fund raising penjualan merchandise-nya.
Jogja sebagia kota dengan ribuan komunitas, komunitas Pitnik ini seru
untuk diamati juga diikuti acarra sepedaanya. Dalam perkembangan komunitas
sepeda di Jogja, banyak komunitas yang muncul, kadang berdasar trend, atau hal
lain dan kemudian tenggelam seiring zaman. Memang ada pepatah tiap hari ada
rezim yang mati dan rezim baru muncul, tapi pertumbuhan yang pesat dan memiliki
daya tular positif ini membuat saya penasaran.
Tak menjadi penasaran ketika saya menemukan rahasianya yang menurut
saya bumbu utama dalam komunitas ini;
Pertama komunitas ini Matang, matang secara konsep dan kontekstual
njogjani banget; njogjani dalam arti komunitas ini (terlebih dalam tujuan
sepedaannya) mengajak untuk tidak melupakan sejarah yang ada di Jogja,
tercermin dari tema-tema yang disajikan tiap acara GBMW.
Kedua, komunitas ini mempunyai manajemen apik, dan kedewasaan dalam
mengolah dan meramu racun cinta sepeda yang siap ditularkan pada masyarakat
Jogja. Jadi ingat suatu kartun tentang monster yang ahirnya tobat
menakut-nakuti anak-ana karena ternyata ditemukan bahwa membuat bahagia
anak-anak akan menghasilkan energi lebih daripada energi ketakutan. Singkatnya,
energi postif yang ditularkan akan menghasilkan energi postif lain yang lebih
baik dan lebih banyak damapak baiknya.
Ketiga, komunitas ini selalu memberi apresiasi bagi pesepeda, terutama
dalam dimensi media sosial. Dengan demikian selain mengajarkan untuk menularkan
hal postif bagi sesama, komunitas ini juga mengajarkan kita untuk mengapresiasi
usaha, dan karya orang lain. Karena dalam kegiatan bersepeda tiap kayuhan
adalah suatu usaha menikmati perjalanan yang selayaknya kita bersama apresiasi.
Juga dalam bersepeda kita takk hanya berkarya dalam mengayuh, tapi juga
berkarya dalam bentuk fotografi, video, lebih jauh dari karya yang bisa
dinikmati fisik, kita bersama bersepeda berkarya membentuk budaya.
Maka, belajar dari komunitas Pitnik untuk selalu mengapresiasi karya
orang lain, izinkanlah saya dengan tulisan ini mengapresiasi komunitas yang
Nikmat ini dalam menyongsong perjalanannya dalam hitungan hari menuju 2 Tahun.
Dan jangan lupa bagi yang membaca tulisan ini, bergabung bersama
Pitnik dalam acara Bancakan ke-2 Komunitas Pitnik Jogja yang konon akan
bertempat di Desa wisata Grogol, pada Minggu 30 April 2017.
Rahayu..
SELAMAT 2 TAHUN PITNIK!! |