-pemaknaan ulang-
...
Ada kiasan "urip mung mampir ngombe", ibarat hidup
cuma sebatas mampir untuk minum. seteguk minum yang melegakan tenggorokan, yang
kemudian hilang.
Hal ini biasanya diungkapkan atau dirasakan bagi
yang para sesepuh, atau yang usianya sudah senja. karena kehidupannya yang
berpuluh-puluh tahun tinggal kenangan saja, dan tanpa terasa mendekati ajal.
hal postif dari pemaknaan ini adalah waktu itu
berharga, bahwa tiap detik harus kita upayakan untuk kehidupan yang
berkualitas. Size the day. raih hari-harimu!
namun di kehidupan Nusantara, yang tidak banyak
mengenal teori, kehidupan berguru dengan laku adalah hal yang sudah mendarah
daging. ibarat manusia yang tak percaya batu itu keras sebelum menjebleskan
kepalanya ke batu. ibarat belum tahu bus itu keras sebelum nabrak bus.
begitu pula gen laku itu pada mayoritas masyarakat
Nusantara. Kecenderungan belum paham bahwa hidup itu sesingkat tegukan air
minum sebelum mengalami usia Senja.
maka, dengan pemaknaan yang seperti itu, kita buka
cakrawala berpikir kita untuk mencari alternatif pemaknaan yang lain.
***
Air, hal yang kita minum, memberi kesegaran dan
kehidupan. Ada yang bilang, manusia lebih kuat tidak makan daripada tidak
minum. dengan begitu kemudian muncul kiasan, bahwa air adalah sumber kehidupan.
ketika air dimaknai sumber kehidupan, baiklah bila
kita selalu berbagi air dalam hidup ini. sebagaimana di depan rumah jaman
dahulu, biasa kita temukan kendi berisi air. tak lupa juga pakiwan di susunan
rumah vernakular Jawa yang berada di depan rumah. yang hampir tidak bisa kita
lupakan hingga jaman sekarang, sosialisasi dari pemerinta pada ibu-ibu PKK
bahwa di depan rumah di imbau untuk memasang keran air.
selain untuk keperluan bersih-bersih, mari kita
lihat fungsi lain dari kendi di depan rumah tersebut.
jaman dahulu, alat transportasi tidkalah secanggih
jaman sekarang, dan tentunya perjalanan jauh sesekali adalah suatu kebutuhan.
Pengembara masih banyak dan mereka berjalan kaki. berbekal seadanya dan
seefisien mungkin. tradisi mengembara ini yang kemudian menjadi salah satu
alasan utama munculnya makanan seperti ampyang, ketupat dan makanan kering unik
lainnya.
karena kebutuhan air lebih dibutuhkan daripada
makanan dalam perjalanan dan air lebih mudah habis, dan waktu tempuh juga
diperhitungkan, maka memotong basa-basi dan mengefisienkan waktu bagi
pengembara, disediakanlah kendi-kendi di depan rumah.
sesuatu yang sah dan legal, ketika melewati suatu
desa dan sang pengembara itu tidak akan tinggal di desa itu dengan alasan
mengefisienkan waktu perjalanan dan kemudian sang pengembara mengamil tegukan
air dari kendi di depan rumah salah seorang penduduk desa, dan mengisi wadah
minumnya dengan air dalam kendi itu juga, dan langsung melanjutkan
perjalanannya lagi.
bisa kita bayangkan, sedikit mengucapkan salam,
bila terlihat sang empunya rumah, dan percakapan sebentar tentang tujuan
pengembaraannya, dan sang pengembara itu melanjutkan pengembaraannya lagi.
urip mung mampir ngombe.
menjadi pemaknaan yang indah berkaitan dengan air
sumber kehidupan dan akan pengembaraan hidup seseorang. pemaknaan dan pemahaman
akan kebutuhan orang lain untuk dapat melanjutkan pengembaraan hidupnya.
pemahaman bahwa salah satu tujuan hidup adalah
mensuport orang lain dalam pengembaraan hidupnya.
pertanyaannya, dapatkah kita menjadi manusia yang
rela menyediakan kendi berisi air yang selalu tersedia di depan rumah, untuk di
minum bagi saudara, teman, atau siapapun para pengembara kehidupan ini?
sehingga dengan teguk air yang kita sediakan,
mereka bisa tetap hidup dalam pengembaraanya.
Eigner
3 Agustus 2015
Thx to Padepokan Hana Jangka