Sabtu,
14 Oktober 2017
Hari
yang ditunggu telah tiba, saatnya hari untuk bike-camping bersama dengan kompi Jejal; Komunitas pit penjelajah
Jalanan. Bagi kompijejal, bike camp adalah agenda periodik. Bukan perkara
setiap berapa bulan sekali, tapi setiap mayoritas anggota selo, maka
diadakanlah aktivitas ini. Tak menutup keikutsertaan hanya anggota saja, bagi
siapapun yang ingin ikut dipersilakan yang penting gayeng.
Meskipun
janjian berangkat Sabtu sore, saya baru melakukan persiapan perlengkapan Sabtu
siangnya. Tenda, makanan, air minum, sarung, sleeping bag dan perlengkapan lain
sudah siap, saatnya pannier dipasang dan
menunggu keberangkatan. Saya berangkat bersama Elisa yang mampir untuk
repacking perbekalan di rumah. Rombongan kompijejal berangkat jam 15.00 kami
berangkat jam 17.00 kaerna menghampiri Kholis dahulu, di daerah Tembi, sepulang
dia kerja. Sekitar magrib 17.45 kami tiba di rumah Kholis dan bertiga
melanjutkan perjalanan menuju selatan, sesuai pesan singkat di WA, Pantai Goa
Cemara masuk, perempatan kecil kebarat, penangkaran penyu kebarat sekitar 50m
lalu keutara. Disitulah teman-teman yang dahulu datang mendirikan tenda.
Perjalanan
keselatan dipercepat karena tipikal jalanan di DIY kalau keselatan berarti
turunan meski sangat landai, dengan kayuhan biasa dapat mencapai 25kmph. Istirahat
sebentar di sekitar Sanden, sekalian Kholis membeli air mineral 1.5 literan dan
mengunyah eskrim-nya. Perjalanan menyelatan disambut dengan gelapnya jalan
karena minim penerangan setelah memasuki gerbang retribusi pantai yang sudah
tidak dijaga. Disambut pertigaan jalur selatan arah samas, kami berbelok ke
barat, menyusur jalan yang sunyi dan gelap. Semak dan bangunan yang dilewati
menampakkan kesan seramnya, membuat kesan sedikit horor. Sampai di simpang
pantai Goa Cemara, kami masuk dan ternyata disitu ramai acara. Kami menuju
kebarat, semakin terasa aura horornya. Jalan selebar dua meter dengan semak
tinggi di kanan kiri. Melewati bangunan penangkaran penyu terlihat sepi tapi
ada lampu menyala. Bagaikan di film horor. Aduh, aku gondrong tapi ya takut
kaya ginian.
Maju
dari penangkaran penyu dengan sinyal seadanya, mengabari kawan di WA bahwa kami
sudah sampai bangunan penangkaran penyu. Sebentar berhenti di persimpangan
menunggu balasan, dan akhirnya dua teman memberi sinyal dengan senternya,
menjemput hingga tepi jalan. Langsung kami ikuti dua teman tersebut, dan
ternyata menuju lokasi pendirian tenda perlu mendorong sepeda di pasir-pasir. Untunglah
tidak terlalu jauh dan pasir mengeras terbasahi air hujan sore tadi. Tak lama
kami sampai lokasi kemah.
Di
lokasi, teman-teman lain sudah menyalakan arang yang dibawa dengan ceret
diatasnya. Datang dan menurunkan barang bawaan kami, dan menyapa mereka. Bongkar-bongkar
barang, dan mendirikan tenda, serta mengatur ulang tenda yang sudah didirikan
supaya membentuk ruangan asik mengelilingi arang unggun.
Saya
meras kedinginan tapi beberapa teman merasa sumuk, jadilah saya sarungan dan
mereka ngligo. Meneguk secangkir
goodday dan saya mapan bobok. Teman lain masih ngobrol hiingga subuh. Saya setengah
sepuluh malam sudah mendengkur, sekitar jam 10.30 gerimis datang, menyiagakan
aku yang setengah tertidur, mengecek kalau ada yang bocor, dan hanya menggeser
terpal alas tidurku saja. Gerimis selesai, akupun tidur lagi. malam hari ku
dengar suara cewek teriak, dan terbangun sesaat, ternyata hujan, tak kuasa
ngantuk, ku tidur lagi.
Jadi
judulnya Cuma pindah tidur. Paginya langsung menghangatkan badan dengan
secangkir sekoteng. Menikmati pagi diatas pasir sebelum bongkar tenda. Fly sheet
15ribuan perhari ternyata berguna, dengan bentang 3x4 meter hampir menutupi dua
tenda sekaligus. Pagi yang cerah ini diakhiri dengan berkemas dan menuntun
sepeda kembali ke jalur aspal untuk dikendarai pulang.
Pulang
lewat jalur selatan, begitu cerah ramai, tidak mencekam samasekali. Ternyata di
timur goa Cemara itulah kebun bunga matahari yang lagi hits. Kami lewat saja,
sekilas bertemu dengan mas Noel yang saya pernah sepedaan se rombongan 4 orang
dengannya ke Bromo. Mas Noel dan pacarnya ingin mengunjungi kebun Bunga
tersebut, dan kami melanjutkan perjalanan. Sebentar kami mampir di penjual
Semangka, Kang Sabar dan Kholis beli semangka yang tulisannya 5ribu tapi
semangka yang 5 ribuan habis, hahaha..
Perjalanan
pulang sementara singgah di warung soto, mengisi bahan bakar, dan dilanjut ke
rumah kang Sabar, makan semangkanya dan dapat oleh-oleh Sukun. Usai hujan saya
dan teman lain pamitan, pulang. Sebelum sore sudah sampai rumah. Sudah termasuk
mengembalikan fly sheet di Sapen bonus cerita menarik dari yang menyewakan.
Tak
lupa sebelum istirahat sepeda dicuci dan perlengkapan di un-load. Sepeda dicuci supaya tidak mudah karat pada material yang
terbuat dari besi, karena semalaman terpapar angin pantai.
Begitulah
kisah kali ini. salam!