Kamis, 28 Juli 2016

11-24 Juli 2016 (Part 1)



Nyepeda Jogja-Bromo-Malang-Jogja
Dari Jogja Penuh Makna

Begitulah tagline yang dibuat teman saya, di print pada kertas a4 dan dilaminating, dan kemudian di sematkan pada sepeda terdepan dan paling belakang.

11 -24 Juli 2016
14 hari perjalanan.

Penuh makna? Ya, awal hingga akhir perjalanan, touring ini berjalan dengan penuh makna, dengan perjalanan yang bermakna ini, 14 hari ini begitu berharga.

Persiapan
Tak banyak persiapan yang saya lakukan, latihan rutin dan menjajal tanjakan-tanjakan di Jogja supaya otot tidak kaget. Meskipun ku akui persiapan fisikku sangat kurang, dan bingung, karena ini kali pertama aku touring, tapi yah, biarlah terjadi. Ketakuktan/stress dalam persiapan melanda bagaikan menjelang UAN ketika sekolah.

Awalnya keinginan untuk pergi ke Malang sudah dari tahun 2015, dan direncanakan pada November, gagal dan dicoba diundur februari 2016 dan gagal juga. Selang berapa waktu, saya diajak Noel, untuk ke malang, dia ingin ke museum angkut, saya iyakan. Selanjutnya dia ajak Bung Tito, namun Bung Tito kurang mantep kalau sampai malang kok tidak ke Bromo sekalian. Akhirnya rencana di dekonstruksi sambil makan kupat di rumah Bung Tito.

Ketok palu, Jogja-Malang (nginap di Karang-Ploso)-lanjut Bromo-Turun-Pulang via Batu-kediri-magetan-Sarangan-Jogja. Estimasi yang Noel berikan berdasar pengalaman dia Jogja-Surabaya: Jogja Malang 2 hari, Malang Bromo-Malang 2 hari- 1 hari di malang + pulang 3 hari. Total 10 hari perjalanan. Rencana ini sempat disangsikan oleh beberapa senior Touring. Tapi yah kita jalani dulu..


 



Hari 1.


Menunggu Elisa dan saya berangat ke titik kumpul di Janti, disana sudah ada Noel. Bung Tito bingung cari rodalink hingga ringroad, dan kami menyusul di ringroad maguwo. Start jam 7.oo an dari Sambilegi di untapke Pak Juwaidi.





Perjalanan sampai klaten 9.oo an. Di klaten ketemu pesepeda yang mudik ke Solo dari Bandung, dialah Mas dukut, foto-foto dan ramah tamah, lanjut perjalanan. 10.15an kami sampai delanggu dan sarapan soto murah meriah.





Lanjut ke solo. Dekat UMS ban belakang Noel bocor dan ganti di tempat. Ketemu pom bensin, kami istirahat dan sekalian jam sholat. Lanjut mengarungi kota Solo hingga keluar, di perbatasan kami makan siang, sekitar jam 14.an di makan padang. Lanjut arah Surabaya.





Menjelang sore lewat kebak kramat dan sebelum sragen sempat terjadi insiden kesenggol, Bung Tito kesenggol barang bawaan motor yang mau nyalip, untunglah hanya lecet dan setang sender, kejadian sekitar pukul 16.oo sampai sragen sekitar 17.oo. lanjut perjalnanan dan magriban di perbatasan sragen. Lanjut lagi, masuk alas ngawi dengan penerangan senter dan lampu sikat. Ternyata arus ke timur sangat ramai truk dan kendaraan besar setelah magrib. Akhirnya 20.ooan Elisa sudah lelah, dan kami istirahat di Pom bensin Gendingan diantara alas Ngawi. Meskipun SPBu bau pesing & tidak 24jam, apa daya kami lelah dan tidur, meskipun tanpa bisa nge-charge barang elektronik kami.
Kira-kira jam 3 pagi, ban belakang Noel tiba-tiba meletus dan sepedanya ambruk.

+- 120Km
makan 2x: 8000 soto +minum, 20.000 nasi padang+minum,


Hari 2.

Diawali dengan nambal ban noel, dengan lem G yang super lengket, akhirnya setelah memakan korban ban dalam punya bung Tito (yg juga ikut bocor) kami lanjutkan perjalnann.











Ternyata Bung tito kurang tidur, perjalanan berlanjut dan sarapan setelah keluar alas Ngawi, sekalian nambal ban dan nge charge. Sampai alun-alun Ngawi foto-foto dan Bung Tito 12-an dan tidur siang, baru lanjut. Sore masuk Alas Caruban dan magrib ketemu SPBU asik di Saradan, kami memutuskan istirahat lebih awal. Makan malam di sebrang SPBU dengan mbak cantik penjualnya.

+- 77,9Km
makan:
1. Soto 12.000 + minum
2. soto 12.000 + minum


Hari 3.
Dari Saradan maju sebentar ketemu pos mudik,
dan Noel minta air disitu, eh malahh dikasih semangka oleh pak polisinya. Lanjut dengan kebahagiaan segelundung semangka terpancallah sepeda kami sampai Nganjuk foto di alun-alunnya dan sarapan di perbatasan setelah kota. Menu sarapan agak mewah dikit: Rawon. Lanjut pancal hingga siang 2x berhenti untuk menikmati semangka dan kami makan siang telat karena baru ketemu warung pas agak sore.

Sebelumnya ketemu pe-touring juga dari Mojokerto dengan onthel. Lanjut arah Mojokerto dan ambil kanan arah Mojosari. Jalan ke arah Mojosari sepertinya agak curang, karena di lajur yang mengarah ke Mojosari aspalnya bergelombang, sedang di sebrang sana aspalnya halus, tapi nikmati sajalah. Rehat di Alfamart untuk masak air kehangatan dan lanjut untuk istirahat di SPBu sebelum mojosari.
Di SPBU dapat isu kalau gak 24jam, dan hasil street view googlemaps 10km lagi ada SPBU asik untuk nginap, akhirnya kami lanjut 10kam pancal, dan benar, SPBU di ngoro ada tempat khusus utk istirahat. Setelah makan malam dg lauk seadanya yg khas jawa timur (pedas) lanjutlah tidur

+- 111,7km
makan:
1. Rawon 20.000 +minum
2. nasi telur 10.000 + minum
3. nasi pedes 20.000 (2porsi)

Hari 4
Target sampai Malang, via gempol. Ternyata hari ini begitu panas dan macet. Tapi diawali pemandangan gunung yang indah, dan menawan, juga sarapan enak dan bonus refill air putih juga bonus ban sepedaku bocor.


Ganti ban dalam dan tambal ban luar. Lanjut lagi. Istirahat makan siang di Soto daerah purwodadi dan rehat lagi di kebun raya purwodadi sebelum tancazgap ke malang. 15.30an sampai Karangploso disambut dengan asiknya oleh Tuan Rumah. Tak lupa refill energi mereka siapkan dengan enaknya. Terimakasih Om Tatok & Charlotte!
Recheck sepeda dan perbekalan, briefing dari Om Tatok tentang medan ke Bromo dan ternyata dia kontakkan rekannya di Jabung untuk checkpoint kami sebelum nanjak Bromo.

+- 64,5km
makan:
1. nasi campur 10.000
2. soto 10.000


Hari 5
Sarapan dan menyusur rute dalam menuju kota Malang, berfotoria di kota hingga alun-alun dan beruntungnya kami bertemu dengan fixie dari Pasuruan. Baik hati pula kami kemudian di antar ke toko onderdil sepeda untuk membeli beberapa persiapan part ke bromo. Setelah itu kami lanjut ke Jabung, ke kediaman Om Icroel Doank yang ternyata sesosok yang keren abis.

Disambut dengan begitu hangatnya oleh tuan rumah dan ceritanya yang begitu inspiratif. Setelah ganti kampas rem dan preparing sepeda, kami bersih-bersih dan dipersilakan makan malam. Dilanjut obrolan yang begitu inspiratif di malam Sabtu Pahing. Memberikan  suatu pandangan baru akan perjalanan kami.
“Adoh-aodh Jogja-malang jebul udu perkara fisk, tapi perkara ati”
Tepatnya kami ngangsu berbagai masukan ilmu olah diri dan di semangatin selalu.
Lanjut istirahat dan yang utama, charging electronic devices.

+- 42.1km
makan:
1. pecel blitar: 10.000

Hari 6.
Attack!


8pagi setelah di berikan berkat kehangatan dan energi oleh sang Tuan rumah, Pak Icroel Doank, kami start dari jabung. Menuju Tumpang dan naik terus.

Sebelum desa Gubuklakah Elisa denger suara anak kucing dan dia bawa ngeang-ngeong selama perjalanan.


Gerbang Gubukklakah foto-foto dong tentunya..

Lanjut sampai rest area, anget-anget minum dlu, dan sarapan dengan nasi goreng 20ribu rupiah satu porsinya.
Lanjut foto di coban pelangi (pintu masuknya aja) nanjak lagi sampai retribusi 30ribu per orang. Dari situ jalur menanjak perkerasan cor beton yang sudah pecah-pecah, mempersulit nanjak kami.



Eh ternyata ada turis asing juga nanjak bromo, dia mampir bertegur sapa dan tak lupa kami selfie, dan dia lanjut dengan kecepatannya. Bergerak perlahan tapi pasti, senja di perjalanan, dan beruntung bulan bersinar menyinari jalanan menuju Ngadas. Kanan kiri kebon kobis, jurang atau tebing, begitu bersyukur ditengah batre senter yang semakin menipis, bulan dengan ikhlasnya bersinar, meski tak purnama.

Sampai di Ngadas aku terlalu lelah, 2 bungkus mi instan ku lahap tanpa dimasak, dan warga sekitar menawari penginapan di tengah kegelapan, tapi kami mau lanjut sampai Jemplang. Antara Ngadas-Jemplang, dengan ikhlas bapak mengajak untuk sepedanya di angkut. Akhirna Elisa & Noel diangkut estafet oleh bapak tersebut sampai Jemplang. Malam terang bulan aku dan Bung Tito melanjutkan pancal sampai jemplang, untunglah tanjakan tak se sadis di bawah tadi. Sampai jemplang 21.00an

Bermalam di jemplang tanpa charge ponsel itu sesuatu banget. Kopi begitu cepatnya diingin di cangkir. Kayu serasa membeku, dan 3 warung disana masing-masing memiliki spot api-api.
Ngopi 2x dan lanjut tidur di toilet yang tak fungsi beralas tikar dan sleeping bag yang hampir tak ada efeknya untuk menahan dingin.

+- 37 km
makan:
1. teh 3.500 rest area
2. nasi goreng 20.000 rest area
3. indomi dobel 15.000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar